Banyak pernyataan yang menyebutkan bahwa wanita atau muslimah lebih mudah masuk surga. Islam telah mengajarkan berbagai aturan yang mengatur norma dan
etika bagi para penganutnya, terutama untuk muslimah. Sedangkan, salah
satu ciri wanita yang bisa dikatakan mampu menjadi penghuni surga ialah
wanita yang pandai menjaga kehormatan dirinya.
Dari pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa tolak ukur kemuliaan
seorang wanita muslimah, dapat dilihat dari sejauh mana ia bisa menjaga
kehormatan dirinya melalui cara berbusana, bertutur kata, berjalan, dan
sebagainya. Dalam hal ini, yang seringkali menjadi sebuah permasalahan
dalam dunia kemasyarakatan yang mengutamakan norma-norma Islam adalah
bagaimana cara seorang muslimah dalam berbusana sehari-harinya.
Allah SWT dan Rasul-Nya telah memberikan perintah khusus yang hanya
dibebankan kepada kaum wanita, yaitu memakai jilbab, tidak keluar selain
dengan mahramnya, tidak melembutkan ucapan di hadapan orang fasik, dan
tidak berlebihan dalam menghias diri seperti kaum jahiliyah. Namun,
sudah selayaknya sebagai seorang muslimah tidaklah menganggap hal itu
menjadi sebuah beban, tetapi menjadi sebuah kewajiban yang harus
dilakukannya.
Mengenai kewajiban berjilbab atau menutup aurat bagi wanita, Allah SWT telah berfirman, “Hai
nabi, katakanlah kepada istri-istrimu dan anak-anak perempuanmu, dan
istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk
dikenali sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah maha pengampun lagi
maha penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59).
Firman Allah di atas telah menerangkan secara tegas bahwa setiap
wanita yang mengaku muslimah beriman haruslah mengenakan jilbab. Allah
SWT juga memberikan jaminan bagi wanita mukminat yang berjilbab, bahwa
mereka akan lebih aman dari gangguan pandangan orang-orang nakal,
dibandingkan dengan mereka yang biasa memakai pakaian mini dan terbuka
auratnya. Namun, apabila ada seorang wanita yang di masa lalu tidak
berjilbab dan kini berjilbab, maka Allah SWT akan mengampuni dosa mereka
karena tidak memakai jilbab pada masa lalunya, karena Allah SWT maha
pengampun lagi maha penyayang, sesuai dengan pengertian yang tertuang
dalam ayat di atas.
Jilbab dan Kontaminasi ‘Jilboobs’
Secara bahasa, jilbab berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata “jalbaba, yujalbibu, jilbaaban”,
artinya, baju kurung yang panjang. Jadi, pengertian jilbab adalah
pakaian yang luas atau lapang, yang berarti pakaian yang dapat menutupi
anggota tubuh seorang wanita kecuali wajah dan telapak tangan. Karena,
pada dasarnya seluruh anggota tubuh wanita adalah aurat, kecuali wajah
dan telapak tangan.
Meski demikian, tidaklah sedikit muslimah zaman sekarang yang telah
menyimpang dari aturan memakai jilbab sesuai dengan arti jilbab itu,
karena mereka telah terkontaminasi oleh budaya baru. Mereka lebih bangga
mengikuti trend zaman dalam berbusana yang sebenarnya tidaklah
sesuai dengan syariat Islam. Masalah berbu sana yang saat ini sedang
marak terjadi diantara para muslimah Indonesia adalah gaya berbusana ala
‘Jilboobs’.
‘Jilboobs’ diadopsi dari gabungan kata jilbab (disini diartikan kerudung/penutup kepala) dan boobs (payudara).
Maksudnya, jilbab yang mereka pakai tidak difungsikan sebagai penutup
aurat, melainkan hanya sebagai pembungkus sebagian tubuhnya saja. Gaya
busana ini memang tidaklah sesuai dengan ajaran Islam, dan seharusnya
tidak perlu ditiru oleh para muslimah. Karena, meski mereka memakai
jilbab, namun mereka membiarkan bagian lekak-lekuk dadanya itu tetap
terlihat dengan jelas, apalagi bagi mereka yang memakai pakaian ketat.
Padahal, sejatinya seorang muslimah yang memakai jilbab, hendaknya
mereka juga berbusana dengan pakaian yang dapat menutupi aurat, yang
sekiranya tidak menebar syahwat bagi siapa saja yang melihatnya.
Bagi orang awam yang tidak mengerti hukum Islam sebenarnya, mereka masih bisa dimaklumi jika mengikuti trend seperti
itu. Karena, mungkin dengan mengikuti gaya ‘Jilboobs’, lambat laun
mereka akan terbiasa mengenakan jilbab, dan setelah mereka mengetahui
aturan berbusana muslimah, mereka dapat menutupi auratnya dengan
smpurna.
Nilai Ibadah dibalik Jilbab
Perlu diketahui dan disadari oleh kaum wanita, bahwa ketika dirinya
memakai jilbab itu mengandung nilai ibadah tersendiri. Di samping
sebagai ketaatannya kepada hukum Allah, memakai jilbab dan berbusana
yang menutup aurat merupakan tindakan preventif atau pencegahan dari
pandangan mata lelaki yang dapat menimbulkan berbagai keinginan yang
barangkali bertentangan dengan ajaran agama. Jadi, tak perlu lagi bagi
seorang muslimah untuk mengenakan busana ala ‘Jilboobs’ karena hal itu
dapat menjadi gerbang terjadinya perzinahan.
Sekarang, perlu diingat bahwa kewajiban mengenakan jilbab tanpa
kontaminasi dari ‘Jilboobs’ merupakan ajaran Islam yang tidak bisa
ditawar-tawar lagi oleh wanita manapun. Selain berjilbab, wanita
muslimah juga harus mengenakan busana yang setidaknya memenuhi kriteria
busana tidak transparan, longgar, dan dapat menutupi aurat, tidak hanya
sekedar membungkusnya saja. Wanita muslimah juga dilarang untuk
menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali memang yang biasa nampak.
Namun, boleh saja seorang wanita menampaakannya kepada segolongan
mahramnya dan suaminya.
Wallahu A’lam bi al-shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar