”Sesungguhnya, bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya, bersama kesulitan ada kemudahan.” (Al Insyiroh [94]: 5-6).
Pasti Terjadi
Dalam menjalani kehidupannya, manusia akan mendapati situasi enak atau
tak enak, sebagai ujian Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT). Apapun
situasinya, nyaman atau tak nyaman, itu yang terbaik dalam skenario
Allah SWT.
Jika kita sedang berada disituasi sulit, Allah SWT mengingatkan
janji-Nya, sebagaimana disebut ayat di atas. ”Sesungguhnya, bersama
kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya, bersama kesulitan ada kemudahan.”
Menurut As-Suyuthi, Alam Nasyrah ayat 1 – 8 turun ketika kaum
musyrikin memperolok-olok kaum Muslimin karena kekafirannya. Sementara,
dalam suatu riwayat Ibnu Jarir yang bersumber dari Al-Hasan, dikatakan
bahwa ketika turun ayat “Sesungguhnya, bersama kesulitan ada kemudahan”
(Alam Nasyrah [94]: 6), Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW)
bersabda, “Bergembiralah kalian, karena akan datang kemudahan bagi
kalian. Kesusahan tidak akan mengalahkan dua kemudahan.”
Janji Allah “Sesungguhnya, bersama kesulitan ada kemudahan” itu
diulangi-Nya dua kali. Padahal, janji Allah pasti benar (Faathir [35]:
5) dan pasti terjadi (Al-Mursalaat [77]: 7).
Sebagian Bukti
Kisah Buya Hamka, Sayyid Quthb, dan Ibnu Taimiyah dapat kita jadikan
rujukan. Hamka melahirkan karya tulis lebih dari 115 judul dalam
berbagai bidang. Tafsir Al-Azhar adalah karya paling utamanya dan
terbesar.
Sekitar awal 1964 Hamka ditahan rezim Orde Lama dengan tuduhan
subversi, sebuah tuduhan yang sampai dia bebas dua tahun empat bulan
kemudian tak pernah bisa dibuktikan secara hukum.
Hamka berkisah tentang pengalamannya dihari-hari pertama dia ditahan,
“Kalau saya bawa bermenung saja kesulitan dan perampasan kemerdekaan
saya itu, maulah rasanya diri ini gila. Tetapi, akal terus berjalan,
maka ilham Allah datang. Cepat-cepat saya baca al-Qur’an, sehingga pada
lima hari penahanan yang pertama saja, tiga kali al-Qur’an khatam
dibaca.”
Lalu, Hamka atur jam-jam buat membaca dan menulis Tafsir al-Qur’an.
Maka, menyusul kekacauan politik yang disebabkan Gerakan 30 September
1965 Partai Komunis Indonesia, pada Mei 1966 Hamka dibebaskan. Saat itu,
dia telah mengkhatamkan al-Qur’an 150 kali, dan selesai pula tafsir 28
juz. Sementara, yang dua juz yaitu juz 18 dan 19 telah diselesaikannya
sebelum dia ditahan.
Maka, Hamka, meninggal pada 1982, berhak menasihati kita, bahwa
hendaknya kita “Jangan gentar menghadapi kesukaran, karena dalam
kesukaran itu pasti ada kemudahan, asal kita mempergunakan otak buat
memecahkannya. Sungguh, Allah tidak akan mengecewakan orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya.”
Di Mesir, ada Sayyid Quthb (lahir 1903) dan hafal al-Qur’an sejak
masih anak-anak. Dia aktivis Ikhwanul Muslimin yang penuh semangat. Dia
dipenjara rezim Gamal Abdel Nasser, sebelum akhirnya syahid dihukum mati
pada 20 Agustus 1966.
Apa “kesalahan” dia? Saat Sayyid Quthb menulis sejumlah buku seperti
Ma’aalim fit-Thariq (Petunjuk Jalan), 1964, yang berisi penolakan
terhadap kebudayaan jahiliyah modern dalam segala bentuknya. Rezim Gamal
Abdel Nasser yang menganut sosialisme Arab memandang itu sebagai sebuah
kesalahan besar.
Dalam buku Ma’aalim fit-Thariq, Sayyid Quthb mengemukakan gagasan
tentang perlunya revolusi total, bukan semata-mata pada sikap individu,
namun juga pada struktur negara. Selama periode inilah, logika konsepsi
awal negara Islamnya Sayyid Quthb mengemuka. Buku inilah yang dijadikan
bukti utama dalam sidang yang menuduhnya bersekongkol hendak
menumbangkan rezim Nasser.
Tafsir Fi Zhilalil Qur’an (Di Bawah Lindungan Al-Qur’an) diselesaikan
Sayyid Quthb saat berada di penjara. Dan, Hamka mengaku, bahwa tafsir
Fi Zhilalil Qur’an “Banyak mempengaruhi saya dalam menulis Tafsir
Al-Azhar.”
Selain Hamka, banyak ulama yang menilai Tafsir Fi Zhilalil Qur’an
sebagai salah satu tafsir terbaik. Hujjah-nya kuat meneguhkan iman.
Bahasanya indah menyejukkan hati. Pendek kata, tafsir itu mampu
menggelorakan spirit iman, hijrah, dan jihad.
Jauh sebelum Hamka dan Sayyid Quthb, ada Ibnu Taimiyah yang lahir
1263 dan meninggal 1328. Masa hidupnya banyak dihabiskan di Damaskus.
Dia bukan saja pernah tapi bahkan sering merasakan ‘manis’-nya penjara,
karena sejumlah pendapat keagamaannya berbeda dengan yang dianut
ulama-ulama lain yang dekat dengan penguasa ketika itu.
Ibnu Taimiyah –yang saat berusia dua puluh tahun telah bergelar
profesor di bidang hukum dalam mazhab Imam Hanbali- berkali-kali
dipenjara sebelum akhirnya syahid di dalamnya. “Kesalahan” dia, hanya
karena perbedaan dalam memahami atau menafsiri al-Qur’an. Padahal, lewat
fatwa-fatwanya, Ibnu Taimiyah berniat memurnikan ajaran Islam dari
unsur-unsur yang datang dari luar Islam dan tak sesuai dengan Islam. Dia
hendak memurnikan Islam dari segala bid’ah dan khurafat.
Tentu saja, di antara karya-karya besarnya (dari total 500-an judul
karya tulisnya) lahir di penjara. Sebab, di penjara, Ibnu Taimiyah
memiliki banyak kesempatan untuk membaca dan menulis. Hal itu, hikmah
besar baginya. Maka, dia tak pernah sedih atau menyesal atas apa yang
dialaminya. Hal itu, diyakininya sebagai ketentuan Allah yang tak boleh
dibantah, karena di dalamnya terdapat banyak kebaikan yang akan didapat.
Ajaib, dan Benar!
Hamka, Sayyid Qutb, dan Ibnu Taimiyah adalah sedikit contoh manusia
beriman yang merasakan bukti keajaiban janji Allah bahwa bersama
kesulitan ada kemudahan. Juga, bukti kebenaran sabda Nabi Muhammad SAW.
Ada keajaiban yang dimiliki orang beriman. Yaitu, bahwa sesungguhnya
semua persoalannya serba baik. Dan, hal itu hanya dimiliki oleh orang
yang beriman. Jika dia mendapat kesenangan, dia bersyukur. Dan, hal itu
menambah kebaikan (pahala) baginya. Namun, bila dia ditimpa
bencana/musibah, dia akan sabar. Dan, itu berarti kebaikan (pahala)
baginya.” (Riwayat Muslim).
Rasulullah SAW kerap membuktikan sendiri. Misalnya, saat beliau
bersembunyi di Gua Tsur dalam hijrahnya dari Mekkah ke Madinah. Abu
Bakar yang sempat mengkhawatirkan keselematan Nabi Muhammad SAW, sempat
bersedih. Lalu, Muhammad SAW meneguhkannya, dengan bersabda:
“…..Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita..,”
(At-Taubah [9]: 40).
Subhanallah! Kaum musyrikin pengejar Rasulullah SAW yang sempat
mengepung di sekitar mulut gua menjadi terkecoh atas fakta-fakta yang
tergelar di depan mereka. Di pintu gua, ada sarang laba-laba dan ada dua
burung dara plus telurnya. Di pintu gua, ada ranting-ranting pohon.
Sehingga, para pengejar berkesimpulan bahwa tak mungkin Muhammad masuk
dan bersembunyi di gua, tanpa melewati pintu gua dengan terlebih dahulu
membersihkan rintangan-rintangan tadi.
Senyum, Senyum!
Semua manusia di sepanjang kehidupannya pasti akan menjalani ujian demi
ujian. Kesulitan yang dihadapinya adalah ujian, sebagaimana kemudahan
yang ditemuinya pun merupakan ujian.
Jika kesulitan sedang melilit kita, hadapilah dengan sabar dan
tawakkal. Yakinilah, bahwa bersama kesulitan pasti ada kemudahan.
Bukankah di sekitar kita, telah cukup banyak contoh-contoh yang
transparan tentang hal itu? Maka, tetaplah tebarkan senyum di sepanjang
langkah kehidupan kita, sebagai perlambang bahwa kita (akan) selalu
lulus ujian. Allahu-Akbar! *M. Awar Djaelani/Suara Hidayatullah APRIL
2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar